Judul diatas merupakan judul yang sama persis dengan salah satu artikel yang dimuat oleh harian Kompas pada rubrik lingkungan dan kesehatan. Artikel yang saya temukan saat bersantai ditengah-tengah kesibukan menyelesaikan tugas sebagai seorang pegawai bawahan. Jiwa yang lelah sejenak bangkit kembali setelah melihat artikel yang menggugah otak yang telah dangkal ini. Sebagai seorang yang bertugas dan berkecimpung dalam dunia pemberdayaan masyarakat, melihat atau pun mendengar kata “kearifan lokal” merupakan sesuatu yang layak untuk disimak.
Dalam artikel tersebut tertulis perkataan Iwan Tjitradjaja yang merupakan seorang dosen antropologi dari salah satu universitas terkemuka di Indonesia, UI. Beliau berkata bahwa “meski sebagian komunitas masyarakat Indonesia memiliki kearifan lokal dalam menghadapi bencana di daerahnya, itu tidak perlu dilebih-lebihkan. Selain kearifan, sebagian besar masyarakat justru memiliki banyak sisi ketidaktahuan dan kekurangtahuan memahami bencana.” Dengan membaca perkataan beliau, ingatan saya langsung tertuju pada sosok seorang Mbah Maridjan yang menjadi korban dalam tragedi bencana letusan Gunung Merapi yang juga merenggut puluhan korban jiwa serta meluluhlantakkan apapun yang ada di lereng Merapi.